602Hub – Setelah bertahun-tahun hubungan dagang Amerika Serikat (AS) dan China diwarnai eskalasi tarif dan ketegangan politik, kesepakatan terbaru antara kedua negara membawa sinyal positif ke pasar global. Dalam pertemuan bilateral di Jenewa, kedua raksasa ekonomi dunia menyepakati penurunan tarif impor secara signifikan selama 90 hari — AS menurunkan tarif produk China dari 145% menjadi 30%, sementara China membalas dengan memangkas tarif barang dari AS dari 125% menjadi hanya 10%.
Kesepakatan ini dinilai sebagai langkah taktis menuju stabilitas geopolitik dan perdagangan global, sekaligus menjadi sentimen positif bagi negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
🌐 Ketidakpastian Global Menurun, Modal Mulai Kembali
Stabilisasi hubungan AS–China langsung direspons pasar dengan positif. Tekanan terhadap dolar AS sedikit mereda, membuka ruang bagi mata uang emerging market — termasuk rupiah — untuk menguat. Potensi aliran modal asing pun meningkat, tidak hanya ke pasar portofolio seperti saham dan obligasi, tetapi juga ke sektor-sektor strategis seperti infrastruktur, energi, manufaktur, dan teknologi hijau.
Menurut pengamat fiskal Badiul Hadi dari FITRA, momen ini penting karena:
-
Tekanan inflasi global berkurang
-
Ketidakpastian rantai pasok menurun
-
Investor institusional mulai menempatkan kembali dananya ke negara berkembang
📦 Perdagangan Global Berpotensi Tumbuh Lebih Cepat
Dampak utama dari pemulihan hubungan dagang ini adalah rebound sektor ekspor manufaktur. China, sebagai pusat produksi dunia, berpeluang meningkatkan kapasitas pabriknya berkat permintaan dari AS yang kembali naik. Ini secara tidak langsung meningkatkan permintaan bahan baku dari negara pemasok seperti Indonesia.
Sektor yang paling terdampak positif:
-
Tambang dan energi: batu bara, nikel, tembaga
-
Agrikultur dan olahan: CPO, karet, kopi
-
Kimia dan bahan mentah industri
⚙️ Rantai Pasok Regional Bisa Terdorong Naik
Data perdagangan menunjukkan bahwa China mengimpor sebagian besar komponen intermediate dari Asia Tenggara. Jika volume produksi di China naik, permintaan terhadap komponen atau bahan pendukung dari kawasan akan mengikuti — dan Indonesia berpeluang meningkatkan peran dalam regional value chain, khususnya di sektor EV battery dan komoditas strategis.
⚠️ Risiko: Rebound China Bisa Geser Pangsa Pasar Indonesia
Namun, tidak semua analis menyambut berita ini dengan euforia. Ekonom Syafruddin Karimi dari Universitas Andalas mengingatkan akan risiko pembalikan arus dagang.
Selama masa perang dagang, banyak negara termasuk Indonesia menikmati “bonus pasar” karena mengisi kekosongan akibat barang-barang China dikenai tarif tinggi di AS. Sektor seperti tekstil, alas kaki, dan produk elektronik Indonesia sempat mencatat ekspor tinggi ke AS.
Kini, dengan turunnya tarif terhadap produk China, kompetisi bisa kembali ketat, dan Indonesia berpotensi kehilangan ceruk pasar yang sempat dinikmati selama periode konflik tarif.
🧭 Strategi untuk Tetap Relevan: Diversifikasi dan Inovasi
Untuk mempertahankan kinerja ekspor, Indonesia perlu segera mengakselerasi diversifikasi pasar ke kawasan lain seperti Timur Tengah, Afrika, dan Asia Selatan. Selain itu, penting untuk mendorong nilai tambah industri dalam negeri, agar tidak hanya menjual bahan mentah, tetapi juga produk olahan yang memiliki daya saing tinggi.
Pemerintah dan pelaku usaha perlu:
-
Meningkatkan efisiensi logistik ekspor
-
Mengembangkan industri hilir berbasis SDA
-
Memperkuat perjanjian perdagangan bilateral dengan negara non-tradisional
📌 Kesimpulan 602Hub: Kesepakatan Dagang Ini Adalah Peluang Strategis — Tapi Bukan Tanpa Risiko
Bagi pasar keuangan, penurunan ketegangan dagang AS–China bisa menjadi katalis untuk:
-
Penguatan nilai tukar rupiah
-
Kenaikan indeks saham (IHSG)
-
Penurunan risiko pembiayaan negara (yield SUN)
Namun, bagi sektor riil, keberhasilan memanfaatkan peluang sangat tergantung pada kecepatan adaptasi terhadap lanskap dagang baru dan ketangguhan daya saing nasional.
📍Terus ikuti analisis global dan strategi perdagangan luar negeri terkini hanya di 602Hub – Smart Strategy, Clear Insight.